Jumat, 03 September 2010

--- Mental kalkulator, benar ga sih ? ---


Berbicara tentang dunia pendidikan, sangatlah berhubungan erat dengan yang namanya “teknologi”. Dunia pendidikan akan dipengaruhi dan berubah seiring dengan perkembangan teknologi. Sehingga dapat dikatakan bahwa dunia pendidikan tidak akan lepas dari teknologi.
Dalam dunia pendidikan itu sendiri, ada yang disebut sebagai perangkat pembelajaran. Tentu tidak afdal  kalau kita tidak menyebutkan perangkat yang bersifat kognitif. Misalnya saja,  penggunaan alat bantu hitung seperti kalkulator, komputer dan sejenisnya. Hal ini tentu memiliki effect atau dampak yang kemudian akan muncul, baik itu yang bersifat positif maupun negatif. Dampak yang sedikit banyak akan mempengaruhi kondisi penggunanya kedepannya.
Pendidikan matematika khususnya, telah cukup lama memahami manfaat kalkulator sebagai alat bantu hitung dalam belajar matematika. Sejak 1976, National  Council of Teachers of  Mathematics, yang disingkat dengan NCTM, telah berusaha mempublikasikan bermacam-macam artikel, buku-buku. dan pernyataan posisi. Semuanya menyarankan penggunaan kalkulator secara reguler dalam pengajaran matematika pada semua tingkatan. Pada pernyataan posisinya pada tahun 2005 tentang perhitungan dan kalkulator, NCTM menjelaskan pandangannya yang telah berlangsung lama, bahwa ada tempat yang penting dalam kurikulum untuk pengunaan kalkulator dan pengembangan berbagai jenis keterampilan perhitungan.
Sayangnya penggunaan kalkulator di masyarakat dan juga dukungan profesional untuk penggunaan kalkulator pada dunia pendidikan, khususnya di sekolah, kurang mendapat sambutan, terutama pada tingkat sekolah dasar. Suara miring dari mereka yang tidak setuju dengan gerakan perubahan dalam pengajaran matematika sering memandang penggunaan kalkulator sebagai pembuat bodoh, yang akan merusak mental seseorang. Tetapi benarkah bahwa orang yang bergantung pada kalkulator atau alat bantu hitung sejenisnya memiliki mental yang kurang baik atau disebut mental kalkulator ?
Penggunaan kalkulator sebenarnya cukup berdampak positif bagi penggunanya. Kalkulator ternyata dapat berarti lebih dari hanya sekedar alat untuk menghitung. Kalkulator dapat digunakan secara efektif untuk mengembangkan konsep. Buku Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics memuat beberapa penelitian jangka panjang yang telah menunjukkan bahwa siswa kelas 4-6 sekolah dasar, yang menggunakan kalkulator,  meningkat pemahaman konsepnya dengan menggunakan kalkulator.
Selain itu, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan kalkulator dapat memperbaiki kemampuan pemecahan soal dari pelajar pada segala tingkatan untuk semua kelas. Mekanisme perhitungan kadang dapat memecah perhatian siswa dari problem yang mereka kerjakan. Sambil memahami arti dari operasi pada kalkulator, siswa diperkenalkan dengan soal nyata dengan bilangan-bilangan yang realistis. Walaupun bilangannya mungkin di atas kemampuan mereka, tetapi kalkulator membuat soal nyata ini dapat diselesaikan. Ditambah lagi, kalkulator sebagai alat bantu hitung dapat membuat segala sesuatu menjadi lebih efektif dalam pemakaian waktunya.
Setiap tindakan pasti mempunyai pengaruh positif dan negatif, begitu juga dengan penggunanan kalkulator sebagai alat bantu hitung. Secara keseluruhan, penelitian telah menunjukkan bahwa keberadaan kalkulator tidak membawa pengaruh negatif. Meskipun data penilaian NAEP (National Assesment of Educational Progress) kedelapan menunjukkan penurunan dalam prestasi bagi siswa yang menggunakan kalku­lator baik mingguan atau setiap hari, penting untuk dicatat bahwa data yang sama menunjukkan hanya 5 persen dari guru-guru yang melaporkan pemakaian kalkulator setiap hari dan hanya 21 persen guru yang melaporkan pemakaian kalkulator mingguan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh negatif yang spesifik yang dapat mempengaruhi pengguna secara khusus.
Mitos yang mengatakan bahwa pengguna alat bantu hitung seperti kalkulator dapat melupakan ilmu dasar matematika atau memiliki sifat ketergantungan sebenarnya belum terbukti. Memang perlu juga untuk mengotrol mereka dalam penggunaan alat bantu hitung sejenisnya. Pengenalan dasar matematika dan pemahaman konsep awal merupakan ilmu yang wajib diberikan kepada mereka sebelum mereka deibebaskan dalam penggunaan alat bantu hitung sejenisnya. Ditambah lagi, segelintir orang yang berpendapat bahwa orang yang biasa mnggunakan alat bantu hitung akan memiliki sifat ‘perhitungan’ adalah tidak benar adanya.            Kalkulator hanyalah sebuah alat bantu hitung, tidak lebih. Kalkulator bukanlah sebuah “tool” yang bisa mengubah pemikiran seseorang. Positif bahkan negatif yang dapat ditimbulkan sebenarnya bergantung dari penggunanya itu sendiri. Sekarang tinggal bagaimana kita meminimalisir dampak negatif yang ada untuk memaksimalkan dampak positif yang berdaya guna bagi kehidupan.
Satu kalimat yang harus diingat, “Kamu harus tetap berlatih menggunakan otak kamu untuk  menghitung, jangan “malas” dan mudah tergoda untuk buru-buru menyerahkannya kepada kalkulator.” Percayalah, otak kita jauh lebih pintar dari kalkulator itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar