Jumat, 03 September 2010

Idealisme


Apakah itu idealisme? Apakah idealisme itu penting?
Mungkin beberapa diantara kita sering mempertanyakan hal yang sama diatas. Dan sebenarnya apakah jawaban yang tepat uantuk pertanyaan diatas?
Mari kita mulai membahasnya.
Idealisme berasal dari kata ideal yang artinya menyatakan suatu kondisi yang sempurna, seimbang dan tidak bercacat. Kalau dalam KBBI dikatakan bahwa idealisme adalah aliran dalam falsafah yg menganggap pikiran atau cita-cita sbg satu-satunya hal yg benar yg dapat dirasakan dan dipahami atau hidup/berusaha hidup menurut cita-cita atau patokan yg dianggap sempurna. Sementara kalau dalam dunia teknik sering dinyatakan bahwa yang ideal adalah yang efisiensinya 100%. Tapi pada kenyataannya tidak ada ada satupun didunia ini yang ideal atau sempurna.
Kalau menurut saya idealisme itu penting karena idealisme itu menunjukkan identitas kita dan dan bagi suatu individu, idealisme dapat juga menunjukkan karakter dan kepribadian kita, yang artinya apakah kita dalam melakukan segala sesuatunya mempunyai arah dan tujuan tersendiri atau sering dikatakan “punya prinsip ga seh?”
Idealisme bukan mengacu pada benar tidaknya, karena pada dasarnya yang baik belum tentu benar tetapi yang benar sudah pasti baik. So , kalau kita bisa meyakinkan bahwa idealisme yang kita punya juga benar buat orang lain disaat itulah idelasime kita dapat diterima kebenarannya. Misalnya : seorang ilmuwan, katakanlah Mr. Isaac Newton, pastinya sebelum Hukum Newton 1,2 dan 3 diterima orang lain, orang pertama yng menyatakan kebenaran dari eksperimennya adalah dia sendiri, kemudian barulah secara perlahan orang lain mengakui bahwa apa yang dikatakannnya adalah benar. Secara sistematis dapat dituliskan urutannya adalah PERNYATAAN – PEMBUKTIAN – POSTULAT - HUKUM.
Kalau saya mempersempit pembahasan ke ruang lingkup lebih kecil, misalnya saya sebagai mahasiswa teknik yang pastinya sudah mempunyai aturan yang jelas dalam bergerak dan menentukan arah. Sebagai contoh buat anak teknik, 1+1 =2, sementara buat bidang lain belum tentu 2, bisa saja 3, tetap 1 atau bahkan menjadi 0. Disinilah terlihat jelas perbedaan bahwa idealisme yang menyatakan bahwa 1+1 = 2 belum tentu benar untuk setiap kondisi yang artinya idealisme itu bersifat relatif tergantung dari sudut orang memandangnya.
Dan kadangkala, dalam kehidupan ini mungkin kita akan sering dihadapkan pada suatu kondisi dimana idealisme yang kita pegang akan dibenturkan dengan idealisme orang lain. Disinilah dibutuhkan suatu sikap dan tindakan kita untuk kita dapat mempertahankan kebenaran akan apa yang telah menjadi idealisme kita. Misalnya dalam berteman kita pasti pernah dihadapkan pada kondisi dimana kita kita harus memilih, simplenya saja, kita yang awalnya sudah berprinsip tidak akan merokok sebelum lulus kuliah bisa saja berubah pikiran ketika kita dihadapkan pada pilihan harus merokok atau tidak mempunyai teman. Atau contoh lain, saya sendir i misalnya, sebelum saya lulus saya sudah berjanji pada diri saya sendiri apabila saya lulus kelak saya tidak akan bekerja di instansi pemerintahan atau instansi bank. Itu adalah idelasime saya. Tapi apakah idelasime saya ini akan terus dapat saya pertahankan apabila saya dihadapkan pada kondisi dimana saya harus memilih antara memilih menjadi pengangguran atau kerja pada instansi diatas?  Biar waktu yang menjawabnya. Dan satu kasus yang paling sering terjadi adalah ketika kita harus memilih apakah kita akan lebih mengutamakan idealisme kita yang menyangkut prinsip hidup ( baca : agama ) apabila kita dihadapakan dengan kondisi dimana kita disuruh memilih antara naik jabatan dengan konskuensi harus mengubah prinsip hidup kita atau tetap pada jabatan kita semula atau mungkin didepak dari jabatan kita? Jawabannya ada pada diri kita sendiri. Atau apakah idealisme kaum fundamentalis salah satu agama yang menyatakan dirinya dan segala tindakannya benar adalah memang benar adanya?
Dalam kehidupan ini kita tidak harus selalu berpegang hanya pada idealisme kita saja, kadang kala kita harus melihat orang lain. Tapi kita tidak harus mengubah idealisme kita kalau kita menganggap bahwa idelasime kita lah yang benar. So agar kita tidak salah dalam menentukan sikap dan tindakan, sebaiknya kita memanjatkan doa dahulu kepada Dia karena hanya Dialah sumber kebenaran yang abadi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar