Cinta adalah ungkapan hati. Cinta bagaikan bunga yang senantiasa menghiasi kehidupan dua insan berbeda. Bisa datang kapan dan dimana saja. Tidak mengenal adanya ruang dan waktu sebagai pembatas. Cinta merupakan anugerah terindah dari Tuhan yang dicurahkan pada umat-Nya manusia, kita sendiri. Cinta bahkan tidak mengenal penghalang untuk dapat terus tumbuh dan bertahan. Yang dibutuhkan adalah sikap dan komitmen yang tegas bagi pasangan yang sedang menjalaninya. Sikap dan komitmen ini akan terlihat jelas ketika kita berada pada kondisi Long Distance Relationship (LDR) atau pacaran jarak jauh.
Cinta tidak mengenal perbedaan jarak dan waktu. Mungkin itulah yang ada di mindset orang-orang yang sedang menjalani pacaran jarak jauh (LDR). Cinta seakan dapat menghilangkan semua sisi negatif yang ada di dalam otak kita. Betapa tidak, cinta seakan mampu menjadi pahlawan kecil yang selalu siap menghadapi tantangan bagi pasangan yang sedang terhanyut didalamnya. Sungai, gunung, laut bahkan benua sekalipun tidak mampu berbuat banyak untuk membendung semakin bertumbuhnya perasaan ini. Cinta membuat orang yang mengalaminya menjadi ‘gila’ sehingga tidak lagi berpikir secara normal.
Setiap keputusan pasti memiliki dampak positif dan negatif. Begitu juga dengan pasangan yang telah memilih Long Distance Relationship. Hubangan ini tidak dapat dikatakan salah walupun ada dampak negatif yang ditimbulkannya. Setiap orang pasti memilki alasan tersendiri mengapa mengambil sikap demikian. Disinilah kesetiaan, kejujuran dan kepercayaan kita benar-benar diuji. Jika salah satu dari ketiga hal diatas tidak kita miliki maka dapat dipastikan bahwa umur pacaran kita tidak akan berlangsung lama. Belum lagi godaan yang dihadapi jauh lebih banyak dibandingkan pacaran biasa. Komunikasi menjadi bagian utama yang harus dijaga keberadaannya. Cinta adalah sebuah ujian. Ujian bagi pasangan yang sedang menjalaninya.
Tidak sedikit dampak negatif yang dapat ditimbukan dari LDR jika kita tidak jeli dalam mengantisipasinya. Kurangnya komunikasi acapkali menjadi alasan utama retaknya hubungan ini. Memang, seiring dengan perkembangan teknologi, segala sesuatu seakan dipermudah. Banyak hal yang dulunya seperti tidak mungkin menjadi mungkin, bahkan menjadi hal yang biasa untuk dilakukan. Teknologi membuat segala sesuatu menjadi lebih sederhana. Tetapi, hal penting yang harus digarisbawahi, teknologi bukanlah barang gratis yang diberikan secara cuma-cuma. Untuk dapat menikmatinya, kita harus mengeluarkan uang dengan jumlah yang tidak sedikit. Baik itu teknologi internet maupun jaringan telekomunikasi yang bisa mengorek habis kantong pemiliknya. Ini harus menjadi bahan pertimbangan bagi setiap pasangan yang memilih untuk menjalani LDR.
Lebih jauh, masa pacaran yang seharusnya adalah masa dimana kita saling mengenal satu dengan lainnya menjadi berubah. Kita tidak bisa selalu berbagi dengan pasangan kita. Kita juga tidak bisa menuntut untuk selalu diperhatikan oleh pasangan kita. Belum lagi rasa curiga yang biasanya lebih sering menghinggapi diri kita ketimbang rasa percaya yang seakan tertutupi oleh ketidaksempuranaan pasangan kita. Ruang kosong antara aku dan si dia juga semakin terbuka lebar. Jika tidak berhati-hati, orang ketiga bakal mudah menyusup dalam kehidupan pasangan kita. Inilah yang akan menjadi ending perjalanan cinta kita.
Menurut penelitian dari Center for the Study of Long-Distance Relationships, hubungan jarak jauh pasti gagal hanyalah sebuah mitos. Bahkan ditemui di Amerika, lebih dari 700.000 pasangan LDR akhirnya menikah. Semua tergantung kepada bagaimana Anda dan pasangan menyikapi keadaan ini. Memang tidak mudah untuk menjalaninya tetapi bukanlah hal yang mustahil untuk dapat dilakukan. Semua tergantung bagaimana kita menjalaninya. Bagaimana kita mengurangi hal-hal negatif yang datang sebagai ‘iblis’ untuk merusak hubungan sepasang kekasih.
Menjelaskan ekspektasi sejak awal kepada pasangan kita merupakan hal yang wajib untuk dilakukan. Menurut Dr. Greg Guldner, direktur Center for the Study of Long-Distance Relationships, yang membedakan antara pasangan yang berhasil dan tidak berhasil menjalani LDR adalah peraturan dasar. Dr. Guldner menjelaskan, sekitar 70% pasangan LDR yang tidak mengatur perjanjian sejak mula, rata-rata putus hubungan setelah 6 bulan.
Mengekspresikan diri menjadi hal lain yang juga harus dilakukan. Pasangan yang tinggal berdekatan saja sering mengalami kesulitan untuk bertemu dan mengekspresikan cinta kasih mereka. Dr. Gary Chapman, penulis The Five Love Languages for Singles mengatakan, “Penting untuk mengetahui cara membuat pasangan kita merasa dihargai dan dicintai. Terlebih lewat kata-kata. Ini perlu dilakukan untuk menjaga kedekatan kita, sehingga ketika kita bertemu ada hal-hal yang bisa diceritakan dan juga menghindari keadaan yang membuat pasangan kita merasa seperti orang asing.
Semua hal diatas tidak akan berhasil jika kita tidak memiliki kepercayaan dengan pasangan kita. Kepercayaan yang harus dibarengi dengan sikap setia dan jujur kepada pasangan kita. Jika hal-hal diatas sudah dilakukan, gangguan dalam bentuk apapun yang datang pasti dapat kita lalui. Untuk mempertahankannya dibutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Cinta memang bisa tumbuh dengan sendirinya tetapi cinta juga dapat layu dan mati kapan saja. Cinta bukanlah rumput yang dapat tumbuh tanpa harus dirawat. Cinta adalah bunga yang harus selalu dijaga kehidupannya.
Cinta adalah bunga kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar